Latest Articles

Saturday, May 29, 2010

Maha Daya Cinta

Mataku ini masih bisa menangkap dengan jelas perangai yang kau sembunyikan dibalik kegelapan malam tadi.

Sepertinya ada rasa enggan untuk bersenggama denganku.

Tatapan dingin dan keluh-kesah kisah hidupmu membuatku terenyuh begitu dalam.

Bahkan, kini aku seperti enggan mengingat kemolekan tubuh tanpa balutan sehelai benang itu.

Padahal, aku sempat terkulai lemas tak berdaya setelah hampir sekuat tenaga berusaha untuk menandingi daya cengkram bagian paling intim yang melekat ditubuhmu.

Sungguh, baru kali ini aku merasa sangat bersalah.

Sungguh-sungguh bersalah.

Tidak biasanya.

Mungkin kau kaget bila malam ini kita bertemu lagi.

Di kamar yang sama, dengan bau parfum yang sama dan cara pandang yang belum berubah.

Tapi, aku berjanji bahwa kali ini kita hanya akan duduk saja, bersebelahan tanpa harus melepaskan busana karena memang aku datang kesini bukan untuk bersenggama.

Tenang, jangan kau hiraukan mengenai biaya. Ini akan sama saja dengan tarif yang kau dapatkan semalam, tapi kali ini tanpa harus bersusah payah karena aku hanya perlu kau bicara.

Aku hanya ingin bertukar cerita. Lagipula, aku masih sangat kewalahan dan mungkin kau juga sama. Ok, kita mulai dari mana?

Seperti biasa, aku hanya ingin mengetahui nama.

Terus, tinggal dimana, sehari suka dapat berapa, alasan jadi begini kenapa, sudah berapa lama, suka atau dukanya bagaimana.

Itu juga, bila kau memang ingin untuk ditanya.

Karena aku dan pertanyaan itu memang bukan apa-apa.

Hanya untuk mencairkan suasana. Tapi, sudi kiranya dengarkan aku bercerita, apa dan bagaimana lalu mengapa dan kenapa aku bisa bertemu lagi denganmu disini, di tempat ini.

Karena esensi dari perjumpaan kita dikali kedua ini ada disini.

Meski nantinya ini kelihatanya seperti bercanda tapi coba kau pertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk memberikan jawabannya karena ada kesungguhan dariku didalamnya.

Bagaimana?

Malam masih begitu panjang, duduk disini sebentar lagi, temani aku tunggui pusara suci sebuah pemahaman manusia pada sebuah fakta yang sebentar lagi akan musnah, porak-poranda oleh kekuatan cinta.


Bandung, 10 April 2010

00:02 WIB

read more

Prolog; Sebuah Sambutan

Selamat datang kesunyian,
baiknya kita berbincang.
Selamat datang duka,
lihat siapa yang mati terluka.
~MRA~

Apa kabar saudaraku? Terima kasih sudah menyempatkan diri singgah di ruang ini --ruang dimana luka seakan menjadi sebuah ledekan yang bersahaja. Izinkan saya memperkenalkan diri, meski tak ada pentingnya, tapi setidaknya saya masih mengikuti tata krama yang selalu diajarkan semenjak kita belum tahu apa-apa.
***
Mohammad Rizki Ardiansyah, itu namaku. Sebuah nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku yang kini terpisah jauh di sebuah kota yang terletak dibelahan Timur negeri ini. Disini, di kota ini aku sedang mencoba untuk menggapai asa dan menunaikan sebuah mimpi, mimpi yang nanti (setidaknya) bisa membahagiakan kedua orang tuaku yang terlalu sering mencemaskanku.



read more
Blogger Template by Clairvo